Thursday, December 27, 2007
Meninggalnya Benazir Bhutto
Untunglah di Indonesia situasi politik tidak sebrutal itu, dan mudah-mudahan orang Indonesia tidak terdorong untuk melakukan hal yang sama di dalam negerinya sendiri.
Monday, December 3, 2007
Satpam Bank yang "Terlalu" Ramah
Monday, November 12, 2007
Relijiusitas Wanita
Sejak dulu saya kadang-kadang menemukan wanita yang tertarik pada nama saya yang relijius, padahal saya sendiri adalah orang awam dalam agama Islam. Begitu juga setelah nama dan nomor telepon saya dimuat di sebuat majalah handphone (?) ada beberapa wanita muda yang menghubungi saya lewat sms, biasanya mereka mundur setelah mengetahui saya sudah cukup berumur. Menurut saya, ketertarikan itu sedikit banyak menunjukkan relijiusitas mereka sendiri. Saya lihat, juga banyak anggota kelompok aliran yg dikatakan sebagai sesat adalah wanita. Mereka juga relijus, pada suatu tingkat, hanya karena kurang dalam pemahamannya atau karena mudah dibujuk jadi salah arah.
Saya tidak tahu apakah pria-pria lain dengan nama relijius seperti Abdullah, Muhammad, Abdurrahman juga memiliki pengalamanan seperti yang telah saya alami itu atau tidak
Friday, November 9, 2007
Kemanusiaan
Thursday, October 25, 2007
Dhani, Maia. Mulan
Kalau sudah begini, lebih baik kita makin berhati-hati menanggapi informasi yang datang kepada kita. Jangan mudah percaya, tetapi sebaliknya juga jangan terlalu cepat tidak mempercayai informasi tertentu, terutama yang tidak sesuai dengan kehendak kita.
Sunday, September 16, 2007
Gempa di Sumatera Barat dan Bengkulu
Tuesday, September 4, 2007
Memasuki Puasa
Tetapi mungkin kita memang cenderung lebih memerhatikan hal yang negatif terutama lewat media. Kisah-kisah tentang orang sederhana tetapi bahagia mungkin tidak menarik ditampilkan di media tetapi saya ingin mengetahuinya
Wednesday, August 1, 2007
Pendidikan Mahal
Heran, bahwa di Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim, tampaknya banyak orang yang materialistis (tidak harus kaya) dan tampaknya hanya memikirkan kepentingan diri sendiri (pihak sendiri) secara sesaat saja. Padahal siapa tahu masalah pada orang lain pada masa yang akan datang akan berpengaruh pada kita. Misalnya pemudia putus sekolah yang menjadi penganggur lalu menjadi perampok yang merampok kita.
Monday, July 9, 2007
Tukul yang Sedang Populer
Memang karena sering "bertemu" lewat layar televisi, lama-lama saya merasa agak "dekat" dengannya.
Saya pikir Tukul membutuhkan penasehat gaya dan materi supaya gaya dan materi humornya tidak monoton.
Thursday, June 7, 2007
Money is not everything
Nilai tukar dollar yang "pas"
Seperti yang kita ketahui, masuknya modal asing ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar akhir-akhir menurunkan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Berbagai reaksi muncul terhadap kecenderungan ini. Para eksportir konon merasa keberatan terhadap penurunan nilai tukar ini, sebaliknya para importir menyenanginya.
Namun, saya pikir yang lebih penting adalah berapa nilai tukar dollar terhadap rupiah yang menguntungkan sebagian besar rakyat Indonesia saat ini, tidak hanya eksportir atau importir saja, meskipun mereka memang adalah penggerak ekonomi nasional.
Dengan mempertimbangkan cadangan nasional Indonesia yang tidak sampai 50 milyar dollar AS dan hutang luarnegeri yang lebih dari 150 milyar dollar AS, sebagai warga biasa saya sebenarnya mengharapkan nilai tukar dollar AS turun lagi menjadi lebih rendah daripada yang sekarang, sekitar Rp 8.000, tetapi secara perlahan agar tidak mengguncang perekonomian nasional. Menurut logika sederhana penulis, nilai tukar dollar yang rendah terhadap rupiah memudahkan kita untuk melunasi hutang luar negeri. Selain itu, banyak aspek kehidupan rakyat yang dipengaruhi oleh nilai tukar tersebut, sebagai contoh, harga BBM di dalam negeri. Sehingga, begitu nilai tukar dollar naik, rakyat banyak kelimpungan akibat kenaikan BBM dan komoditas yang lain. Sebaliknya, jika nilai tukar dollar turun, harga BBM tidak secepat itu menyesuaikan diri, setidaknya menurut kesan saya..
Akan tetapi saya pikir kita membutuhkan analisis ekonom yang menyeluruh dan tentu saja akurat tentang nilai tukar dollar yang menguntungkan rakyat Indonesia pada umumnya dan yang dapat dicapai secara realistis, dengan harapan bahwa nilai tukar dollar tersebut tidak akan pernah kembali naik secara drastis seperti yang telah ikut menyebabkan krisis moneter sembilan tahun yang lalu.
Monday, May 21, 2007
Masih Suka Extravaganza
Beberapa anggotanya yang baru kebanyakan laki-laki, yang tidak begitu saya sukai, he-he. Padahal menurut saya sebaiknya anggota baru perempuan lebih banyak supaya perbandingan berdasarkan jenis kelamin anggotanya lebih proporsional. Tapi saya pikir Trans-7 sebagai pengelolanya memiliki konsep yang lebih matang untuk merancang acara itu, setidaknya mudah-mudahan begitu.
Saya pikir saya lebih suka Sogi dibandingkan yang lain karena tidak macem-macem. Tetapi daya tarik utama acara ini saya pikir berasal antara lain dari Aming dan Tora Sudiro bagi penggemarnya secara umum disamping konsep lawakannya sendiri yang khas, meskipun kadang-kadang agak jorok. Mereka, terutama Aming, harusnya mengurangi kata-kata caci maki seperti “goblok”. Mungkin Amin bisa lebih digali potensinya selain sering berperan sebagai wanita atau banci?
Friday, May 11, 2007
Membaca Karena Malas Berpikir?
Mungkin pendapat yang kebetulan saya baca dalam Intisari edisi April 2005 di atas tidak hanya membuat saya terhenyak, tetapi juga sebagian di antara Anda. Bukankah selama ini kita cenderung mengaitkan membaca dengan kecerdasan? Apalagi jika kita ingat pernah melihat salah satu episode acara kuis Who Wants to be a Millionnaire yang menampilkan keberhasilan seorang loper koran, Agus Mulyadi, mendapatkan 500 juta rupiah, hadiah terbesar yang pernah didapat oleh orang Indonesia lewat acara tersebut, “hanya” karena membaca (atau benarkan demikian?). Peristiwa langka tersebut tidak pelak lagi menguatkan anggapan kita terhadap pentingnya membaca, bahkan saya menduga bahwa anggapan seperti ini pada tingkat tertentu didukung pula oleh mereka yang kurang suka membaca.
Namun, kenapa Lichtenberg sampai miliki pendapat seperti di atas? Saya menduga, dia memiliki pendapat di atas berdasarkan pengalamannya sendiri setelah melihat orang-orang yang termasuk kategori “terlalu malas untuk berpikir” tersebut. Saya menduga bahwa yang termasuk kategori ini antara lain adalah orang yang menjadikan membaca sebagai sarana untuk sekadar melupakan sejenak berbagai kesulitan hidup, seperti halnya orang menjadikan makanan, film, permainan, jalan-jalan, atau bahkan minuman keras, judi, dan narkoba untuk keperluan yang serupa. Selama kesulitan hidup masih ada, tampaknya masih akan ada pula orang-orang yang menjadikan membaca sebagai sarana untuk melupakannya untuk beberapa saat.
Namun, saya sendiri tetap yakin bahwa bagaimanapun kebiasaan membaca sedikit banyak memberi manfaat bagi orang yang memilikinya, meskipun dengan motivasi sekadar menghibur diri seperti tersebut di atas, khususnya jika yang dibacanya adalah hal-hal yang bermanfaat. Setidaknya kebiasaan tersebut akan memberikan semacam wawasan kepada orang yang bersangkutan, terlepas dari apakah wawasan itu bermanfaat langsung bagi dirinya dan orang lain atau tidak Bukankah Al Quran secara tidak langsung memuliakan orang-orang yang memiliki pengetahuan dengan menyatakan pada salah satu ayatnya, apakah sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui? Salah satu cara untuk mengetahui sesuatu adalah dengan membaca, bukan? Selain itu, saya pun yakin bahwa kebiasaan membaca memacu otak untuk berpikir, bahkan meskipun orang yang melakukannya tidak menindaklanjutinya dengan kegiatan apapun.
Namun, membaca adalah suatu hal, menindaklanjutinya adalah hal yang lain. Buktinya, berapa persen di antara orang yang suka membaca itu suka pula menulis? Berapa persen orang yang bertindak secara positif dan signifikan berdasarkan apa yang dibacanya? Lebih lanjut, memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki kecerdasan adalah dua hal yang berbeda, meskipun saya yakin kebiasaan membaca dapat meningkatkan kecerdasan seseorang. Sering orang tidak cukup hanya menjadi banyak pengetahuan tetapi ia juga perlu menjadi cerdas atau kreatif. Sebagai contoh sederhana, Agus Mulyadi tidak hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh dari kebiasaan membacanya, tetapi juga mengandalkan kemampuan analisisnya dalam acara kuis yang konon paling digemari di Indonesia tersebut. Seperti yang diungkapkan dalam tabloid Nova, edisi 24 April 2005, ketika Tantowi Yahya, presenter acara kuis tersebut, memberi pertanyaan di bawah laut apa kota Sodom dan Gomorah berada, Agus Mulyadi mengaku tidak bisa langsung menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, dia menganalisis dulu pertanyaan itu. Menurutnya kedua kota itu dikutuk oleh Tuhan, berarti mati. Karena itu, dia lalu menjawab bahwa kedua kota itu berada di bawah Laut Mati, dan ternyata benar. Analisisnya menurut saya tampak sederhana bahkan lugu tetapi ternyata benar. Memang, menurut Tantowi Yahya, tidak jarang analisis juga diperlukan untuk menjawab secara benar suatu pertanyaan di dalam acara tersebut, bukan sekadar pengetahuan yang luas. Tidak heran jika banyak peserta lain dengan pendidikan yang lebih tinggi yang “hanya” membawa pula satu juta rupiah dari acara tersebut, sebelum dipotong pajak, antara lain karena analisis mereka kurang tepat. Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita tidak hanya memerlukan pengetahuan umum yang luas tetapi juga kecerdasan untuk dapat mengatasi berbagai masalah hidup.
Kembali ke pernyataan sang penulis Jerman itu di atas, jika kita tidak ingin termasuk orang yang dikategorikan di dalamnya, tidak ingin kegiatan membaca yang kita lakukan justru membuat kita malas berpikir, maka setidaknya hal di bawah ini bisa dilakukan.
Hal sederhana yang bisa dilakukan lakukan untuk lebih mengaktifkan otak kita setelah membaca sesuatu adalah secara sengaja menganalisis apa yang kita baca tersebut. Analisis bisa berbentuk sederhana, misalnya ketika kita membaca suatu buku, kita bisa membuat resensi ringkas tentang isi buku tersebut dan pendapat kita terhadap isi tersebut, setidaknya dalam beberapa kalimat saja. Sebagai contoh lain, ketika kita membaca novel percintaan atau teenlit kita bisa memberi komentar seharusnya cewek tokoh utama “jadian” dengan teman sekolahnya yang sudah lama mengincarnya tersebut, bukan dengan cowok yang ditemuinya di suatu pesta, seharusnya sang tokoh utama dijadikan jangan terlalu lugu, dan seterusnya. Kalau perlu, secara ringkas kita buat jalan cerita yang lebih sesuai dengan kemauan kita dari yang kita novel yang baca tersebut. Analisis berupa resensi atau komentar seperti itu hendaknya kita tulis dalam buku tulis atau komputer supaya tidak mudah hilang dari ingatan kita sekaligus melatih kita dalam menyusun kalimat secara baik Dengan demikian, kita berlatih untuk lebih kreatif menyikapi bacaan yang kita baca.
Supaya lebih mudah dalam menganalisis bahan bacaan yang kita baca tersebut kita perlu secara sadar menjadikannya sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, bukan tujuan itu sendiri, Dengan kata lain membaca hendaknya benar-benar diniatkan sebagai cara untuk mencapai sesuatu yang lebih penting, bukan sekadar hobi, pelipur lara, pengisi waktu senggang, dan sejenisnya. Bacalah bahan bacaan yang sekiranya benar-benar dianggap akan memberi nilai tambah bagi diri kita. Dengan demikian kita akan cenderung lebih terdorong untuk memperhatikan isinya karena memang ingin mendapatkan pengetahuan tertentu dari buku yang kita baca.
Namun, jika Anda ingin membaca secara santai tanpa dibebani apapun, menurut saya itu pun sudah lumayan. Nikmati saja kegiatan Anda itu. Masih banyak orang yang tidak suka membaca, tidak sempat membaca, atau bahkan tidak bisa membaca dengan alasannya masing-masing. Bayangkan, menurut Pikiran Rakyat, 29 April 2005, terdapat 5, 39 juta penduduk Indonesia yang buta huruf! Jadi, bisa membaca pun adalah suatu kelebihan yang layak disyukuri dalam konteks ini.
Wednesday, May 9, 2007
Kasih Sayang pada Hewan
Kasih sayang pada hewan peliharaan bisa berkembang menjadi kasing sayang pada hewan pada umumnya, bahkan mungkin pada tikus dan nyamuk sekalipun. Tetapi itu tidak berarti membiarkan mereka berkembang biak tidak terkendali. Saya agak mengerti perasaan para vegeterian dalam hal ini. Meskipun tidak bisa seperti mereka.
Kasih sayang pada hewan bisa berkembang menjadi kasih sayang dan pemahaman yang lebih besar kepada sesama manusia. Tidak heran kalau semua Nabi, menurut keyakinan Islam yang saya tahu, pernah menjadi gembala atau mengurus hewan terlebih dulu.