Setiap Idul Adla, sebagian dari kaum muslim yang mampu dan mau melakukan ibadah kurban. Dalam hal ini mereka memang mengurbankan hartanya yaitu hewan tersebut, yang dapat berupa sapi atau domba. Tetapi yang benar-benar berkorban tentu saja adalah hewan tersebut itu sendiri. Pada pihak lain, banyak dari manusia yang tidak tega melihat hewan-hewan tersebut dan hewan-hewan lain dikorbankan nyawa atau disiksa sehingga sebagian dari mereka ada yang menjadi vegetarian. Aku sebenarnya juga tidak tega melihat hewan-hewan tersebut, yang sebenarnya merupakan teman hidup manusia jika dilihat dari sisi tertentu. Tetapi aku belum sanggup menjadi vegetarian, entah kapan. Pada pihak lain, banyak juga manusia yang tidak segan-segan mengorbankan sesama manusia baik nyawa, harta, atau kehormatannya demi kepentingan diri. Bisa jadi orang seperti ini kejam juga pada hewan, atau sebaliknya, misalnya malah menyayangi hewan peliharaannya tetapi bersikap kejam terhadap lawan politik dan saingan dagangnya.
Apakah dibalik ritual kurban ini terdapat hikmah atau merupakan contoh bahwa dalam kehidupan memang selalu ada pihak yang menjadi korban, meskipun pada hari pembalasan, penindasan terhadap pihak yang dikorbankan konon akan dibalaskan. Dari sudut pandang dan asumsi ini, sesungguhnya yang merugi adalah yang menindas, karena siksa neraka yang menurut Al Quran bisa amat berat, amat lama atau bahkan kekal (mungkin maksud di sini adalah selama umur neraka itu sendiri, karena bukankah hanya Allah yang kekal dan yang lainnya termasuk surga dan neraka fana?) tidak sebanding dengan kejahatan sang manusia pelakunya yang paling banyak hanya akan mampu melakukan kejahatan maksimal 100 tahun meskipun dengan tingkat yang amat kejam.
Kita memang tidak tahu pasti seperti apa mekanisme keadilan Tuhan, mungkin keadilan Tuhan berbeda dengan keadilan manusia bahkan termasuk Muslim sekalipun, tetapi aku tetap percaya bahwa Tuhan maha adil.
No comments:
Post a Comment