Tadinya saya berniat tidak akan memberikan suara pada pemilu April mendatang. karena merasa apatis, yaitu merasa bahwa memilih siapapun tidak akan memberikan perbaikan yang signifikan bagi diri sendiri dan negara ini pada umumnya. Suatu apatisme yang nampaknya tidak hanya dirasakan oleh saya, tetapi juga oleh tidak sedikit orang yang lain, akibat berbagai krisis sejak sekitar 10 tahun lalu yang tidak juga berlalu meskipun pemerintahan silih berganti, apalagi setelah krisis finansial yang mulai berlangsung ini.. Namun, setelah mendengar komentar seorang penyiar radio Bandung yang mengatakan bahwa sikap golongan putih akan menguntungkan orang-orang yang itu-itu juga yang sudah begitu lama berkuasa dengan dianggap (oleh sebagian orang termasuk saya) tidak menghasilkan perubahan yang dianggap signifikan karena hal itu akan memperbesar kemungkinan bahwa mereka akan kembali berkuasa, saya berubah pikiran. Sekarang saya berniat untuk memberikan suara pada pemilihan umum tersebut, sepanjang tidak ada halangan untuk melakukannya. Kali ini saya berniat akan mempercayakan diri pada calon-calon yang diusung salah satu parpol yang lebih sesuai dengan hati nurani atau memilih caleg dari parpol lain yang orangnya saya kenal cukup baik.
Saya juga menjadi agak mengerti mengenai sikap MUI yang mengharamkan golongan putih. Dari sebuah acara perdebatan di sebuah televisi swasta antara wakil mereka dan beberapa orang wanita, Mereka berpendapat demikian ternyata karena beranggapan bahwa masih ada orang-orang tertentu yang layak dipilih. Meskipun demikian, saya tetap meragukan kebenaran fatwa mengharamkan golongan putih tersebut. Menurut saya, bersikap golput lebih baik daripada memilih calon yang salah. Seharusnya MUI sekadar menyarankan atau menekankan umat untuk memilih calon yang benar atau diam saja jika pemberian saran itu juga tidak sesuai dengan perannya. Pada lain pihak, mungkin pers juga tidak secara lengkap menerangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan fatwa tersebut tetapi lebih menekankan aspek kontroversinya, seperti yang terkesan terjadi pada berita-berita lain. Akibatnya, masyarakat tidak mendapatkan informasi yang lengkap tentang fatwa MUI itu untuk mengambil reaksi yang salah pula.
`Saya juga ragu dengan pendapat bahwa golput bukanlah pilihan yang cerdas, karena tetap saja ada kemungkinan bahwa calon yang dianggap layak dipercaya akan membela rakyat ternyata kemudian hari setelah memegang jabatan ternyata juga melakukan korupsi dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak dibenarkan oleh agama dan hukum. Memang setiap putusan, sikap, dan tindakan memiliki risikonya sendiri-sendiri. Masing-masing orang seharusnya membuat keputusan yang memiliki risiko yang paling sedikit. Golput mungkin saja bukan pilihan yang paling cerdas tetapi juga bukan pilihan yang paling bodoh.
Saya juga mengharapkan perubahan tetapi saja bukan asal perubahan tetapi perubahan ke arah yang lebih baik, bukan ke arah yang lebih buruk. Dari isi iklan kampanyenya di televisi yang sempat saya lihat, Golkar nampaknya menyadari bahwa berbagai isu tentang perubahan itu menyinggung partai itu dan membuat komentar tandingan dalam iklan kampanye itu. Bagi saya, memang berbagai pemerintahan selama ini bisa jadi mengandung banyak kelemahan tetapi memiliki kebaikannya masing-masing dan tidak jelek-jelek amat dibandingkan pemerintahan di beberapa negara lain.
No comments:
Post a Comment