Monday, August 28, 2023

Menonton Oppenheimer: Baca Dulu Sipnosisnya

Sekitar seminggu yang lalu di bulan Agustus 2023 akhirnya saya jadi juga menonton Oppenheimer setelah tertunda-tunda beberapa waktu. Baru pada akhir Agustus 2023 ini saya menuliskan sekadar pendapat ringan tentang film itu. Keinginan saya untuk menonton film iyang dibintangi oleh Cilian Murphy itu tampaknya lebih disebabkan oleh fomo (fearing of missing out) atau rasa kurang lebih takut ketinggalan, karena beberapa teman saya membahas film itu di salah satu grup WhatsApp yang saya ikuti. Selain itu, saya juga membaca betapa Christopher Nolan menyarankan bahwa penontonnya menonton film ini di layar yang selebar mungkin. Saya menduga ini karena film ini akan menampilkan adegan ledakan nuklir yang dahsyat.
Setelah menonton film ini, ternyata ledakan nuklir dalam film ini tidaklah sedahsyat yang saya kira, apalagi jika dibandingkan adegan ledakan dalam beberapa film yang telah saya tonton, termasuk yang tidak berkaitan dengan nuklir. Memang layak diacungi jempol bahwa adegan ledakan itu k­­­onon tidak menggunakan CGI (computer generated imagery).
Ini adalah salah satu dari sedikit film yang menurut saya sebaiknya penontonnya membaca terlebih dulu jalan ceritanya, kalau perlu beberapa kali, terutama penonton yang  berasal dari kalangan awam yang tidak begitu memahami reaksi nuklir dan tidak begitu mengenala Oppenheimer, termasuk saya sendiri. Untunglah saya sendiri sempat sekilas membaca ulasan film ini, sehingga masih bisa memahami jalan cerita film serius ini. Cilian Murphy sendiri saya kira cukup baik membawakan perannya dalam film ini.

Sekilas saya melihat bahwa sebagian besar yang menonton film ini bersama saya di sebuah bioskop di Bandung adalah generasi muda. Ini boleh dibilang pertanda baik yang menunjukkan bahwa ada generasi muda yang tertarik untuk menonton film yang menurut sebuah sumber bergenre biographical thriller (film biographic yang seru/menegangkan) ini, di antara film-film bergenre lain yang diputar saat itu termasuk Barbie yang bergenre fantasi komedi, biarpun sebagian dari mereka menonton dengan alasan yang sama yaitu fearing of missing out itu tadi.

Sebenarnya ada lagi alasan saya menonton film ini adalah bahwa nama Oppenheimer sendiri cukup keren di telinga saya, yang bisa saya anggap mewakili kemajuan Barat dalam berbagai bidang. Saya tidak tahu bagaimana pendapat orang Indonesia yang lain tentang nama ini, tetapi mungkin kurang lebih sama, meskipun Oppenheimer rasanya kalah terkenal di Indonesia dibandingkan dengan Einstein yang sosoknya juga ditampilkan dalam film itu. Filmnya sendiri berjudul Oppenheimer saja, tanpa embel-embel lain. Ini menunjukkan keyakinan produser dan sutradaranya bahwa dengan nama itu saja film ini dapat memikat orang untuk menontonnya.

Bagaimanapun sedikit banyak saya mendapat wawasan baru dalam film ini, termasuk bagaimana kehidupan sang ilmuwan itu sendiri dan latar belakang dibuatnya bon nuklir sehingga saya tidak menyesal menonton film ini. Lamanya film ini yaitu hampir tiga jam membuatnya layak dijadikan pengisi waktu luang.


Thursday, March 1, 2012

Satu Lagi Kucing Kami Menghilang (dan Mati?)

Satu lagi kucing kami pergi dan tampaknya mati. Kucing itu memang tampaknya sudah tua dan lahir di rumah kami sebagian bagian dari sekian banyak kucing yang pernah datang dan pergi atau mati di rumah kami. Kucing ini cenderung pendiam, terutama di hari-hari terakhirnya di rumah kami mungkin karena sakit tua. Seperti banyak kucing lain di rumah kami, kami tak sempat memberinya nama, hanya saja warna bulunya kuning dan cukup sering di mana-mana sebagai kucing jantan, sehingga menjengkelkan kami, terutama ibuku. Tapi bagaimana pun dia adalah kucing kami yang menjadi bagian dari hidup kami. Aku cukup merasa sedih kehilangan kucing kuning itu, begitu juga adik dan ibuku. Ayahku mungkin tidak mengetahui hal ini atau tidak peduli karena sedang mengidap stroke selama satu tahun lebih yang amat memperburuk kesadarannya.
Kalau benar dia pergi untuk mati supaya tidak merepotkan kami sebagai majikannya, seperti yang saya dengar kadang terjadinya. maka itu adalah kematian yang cukup mulia aku kira. Aku juga ingin mati secara mulia, mudah, tidak merepotkan lain, serta dalam ampunan Allah swt.
Selamat tinggal kucingku, hiks. Engkau akan selalu berada dalam hatiku. Mungkin kita tak pernah bertemu lagi. Memang segala sesuatu akan lenyap kecuali Allah swt.

Saturday, October 29, 2011

Satpam

Ketika mula-mula mendengarnya, meninggalnya satpam kantor cabang (2) BCA di dekat rumahku cukup membuatku "terpukul". Selain letaknya yang dekat rumahku, aku juga pernah beberapa kali mendatangi kantor itu dan kemungkinan besar pernah disambut oleh satpam itu. Kenapa orang harus memmbunuh untuk merampok? Bisa jadi karena dianggap menghalangi niat perampok itu. Seharusnya tentu (para) perampok itu hanya mencederai sang satpam dan tidak sampai membunuhnya. Baru sekarang aku bisa menulis tentang satpam itu, antara lain karena kadang-kadang suatu peristiwa terlalu berat dijalami untuk bisa ditulisi segera setelah terjadi. Seperti yang telah kujanjikan pada diri sendiri, tulisan ini aku buat untuk menghormati sang satpam. Semoga dia masuk surga.

Monday, August 1, 2011

Puasa dan Hidup Sederhana

Puasa seharusnya ditempuh dengan pola hidup sederhana, dengan pengeluaran yang lebih sedikit, bukan seperti yang terjadi pada diri saya, memaksakan beli jajanan dan lain-lain, meskipun pembelian seperti itu juga bermanfaat menggerakkan perekonomian masyarakat. Berpuasa idealnya adalah termasuk menahan nafsu, mata, tangan dari perbuatan terlarang dan mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat serta tidak membuang-buang waktu, tetapi hal-hal itu lebih sulit dijalankan daripada sekadar menahan lapar dan haus.

Friday, July 8, 2011

Kurang Suka Ponsel Layar Sentuh

Meskipun berbagai jenis dan merek ponsel layar sentuh akhir-akhir muncul di pasaran (2011), saya kurang menyukai jenis ini, karena terkesan menyulitkan ketika akan mengetik teks apalagi jika panjang. Saya lebih ponsel Qwerty konvensional, terutama Nokia E71 atau E5 yang memiliki fitur Quick Office atau sejenisnya. Apalagi kedua ponsel ini sudah memiliki fitur HSDPA, meskipun pada kenyataan kecepatan data bergantung pada kekuatan sinyal masing-masing operator. Ponsel QWERTY Samsung ada juga yang bagus misalnya Samsung Omnipro, tetapi dua ponselku yang terakhir terlanjur Nokia, jadi untuk penyamaan charger saya lebih suka ponsel Nokia lagi, jika mau membeli yang baru. Selain, itu ponsel QWERTY Samung itu susah kucari di Bandung ini.

Monday, May 30, 2011

Lebih Senang Disapa Dengan Sebutan " Kakak"

Secara pribadi saya lebih suka disapa "kakak" daripada "mas". Kesan saya sapaan "kakak" lebih tulus daripada "mas". Sayangnya, seingat saya sudah lama sekali saya disapa dengan sebutan "kaka" di Bandung, Jawa Barat ini, bertahun-tahun yang lalu. lebih seing disapa dengan "mas", "kang", atau "pak". Di wilayah tertentu seperti di Papua, kalau tidak salah, sapaan "kakak" lebih umum.

Saturday, May 7, 2011

Apakah kita perlu menjadi sekutu AS?

Tewasnya Usamah bin Ladin alias Osama bin Laden memiriskan hati saya dan mungkin juga hati banyak muslim yang lain. Sampai di sana saja ternyata perjuangannya melawan AS. Di lain pihak di Indonesia, kiprah gerakan NII sedang hangat dibicarakan. Namun, kiranya mendirikan negara Islam Indonesia adalah hal yang amat sulit mengingat Indonesia adalah negara yang heterogen dan relatif lemah dibandingkan negara-negara Barat, terutama. Ini berbeda dengan Arab Saudi dan beberapa negara Islam lain yang relatif lebih homogen penduduknya. Selain itu belum jelas, seperti apa negara Islam yang dikehendaki apakah mengikuti Arab Saudi atau Iran dan seterusnya.
Berusaha menjadikan Indonesia negara Islam dengan kekerasan tidak hanya mengorbankan rakyat Indonesia sendiri secara langsung sebagai korban dari kekerasan NII dan kelompok sejenis, tetapi juga menjadikan Indonesia berhadapan negara AS dan sekutu-sekutunya. Bisa jadi negara-negara tersebut akan menyerbu Indonesia pada suatu waktu dengan alasan memerangi terorisme jika NII dan kelompok-kelompok serupa terus beraksi menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya, terutama jika dilakukan terhadap lokasi yang merupakan kepentingan mereka. Demikian juga andai Indonesia menjadi negara Islam, status ini akan mendapatkan pertentangan dari dalam dan luar negeri.
Lantas, perlukan kita menjadi sekutu AS supaya aman dari intervensi militer yang menyengsarakan rakyat seperti yang telah terjadi di Irak dan Libya? Rasanya posisi menjadi sekutu AS kurang sesuai bagi Indonesia. Lebih baik Indonesia menjaga jarak dengan AS, tidak perlu mendirikan negara Islam tetapi tidak perlu juga menjadi sekutu mereka.
Namun, sekarang Indonesia tidak menerapkan hukum Islam, tetapi juga posisi Pancasila sebagai dasar negara tidak jelas, tidak digembar-gemborkan seperti pada era kepemimpinan Soeharto dulu. Tidak jelas bagi saya apakah Pancasila masih diajarkan di sekolah-sekolah, apakah generasi muda sekarang memahami Pancasila yang bisa dijadikan sarana pemersatu bangsa itu. Menurut saya lebih baik memiliki Pancasila sebagai dasar negara daripada tidak memiliki dasar negara sebagai pegangan yang berlaku secara faktual sama sekali. Kurang berfungsinya Pancasila bisa menumbuhsumburkan gerakan kekerasan semacam NII yang pada akhirnya dapat menjebak negara kita dalam konflik dengan negara-negara Barat.
Seperti yang saya baca, selain merevitalisasi Pancasila, cara lain untuk meredam NII dan aksi terorisme adalah memakmurkan rakyat antara lain dengan memberantas korupsi. Sayangnya nampaknya korupsi sedang merajalela di negara kita justru dalam era reformasi ini.